Entri Populer

27 April 2011

Revitalisasi Peran Mahasiswa


“Mahasiswa sebagai Agen Perubahan Bangsa”


 







yULHAIMI FEBRIANTORO
25010110120061



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang terkenal akan kekayaan alamnya di dunia negara yang berada disepanjang garis khatulistiwa dan ujung barat Indonesia (sabang) hingga ujung timur Indonesia (merauke) Indonesia pun memiliki luas laut yang sangat besar bahkan Indonesia terkenal dengan negara kepulauan. Indonesia merupakan negara yang sangat besar dengan potensi darat dan laut yang melimpah, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara kaya sumber daya alam. Untuk mengelola dan mengembangkan Sumberdaya Alam yang ada tentunya diperlukan Sumberdaya Manusia yang dapat menghandel semua itu dengan baik, hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan bagi pemuda Indonesia pada umumnya dan Mahasiswa pada khususnya karena dianggap sebagai golongan intelektual yang nantinya dapat membawa perubahan bangsa di masa mendatang.
Peranan pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia memang bersifat dominan dan monumental. Di era pra-kemerdekaan maupun di era kemerdekaan, pemuda selalu tampil dengan jiwa dan semangat kepeloporan, perjuangan, dan patriotismenya untuk mengusung perubahan dan pembaharuan. Karya-karya monumental para pemuda Indonesia itu dapat ditelusuri melalui peristiwa bersejarah antara lain; Boedi Oetomo (20 Mei 1908) yang kemudian diperingati sebagai Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928), Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), transisi politik 1966, di mana para pemuda dan mahasiswa mempelopori sebuah perubahan politik yang dramatis, mengantarkan munculnya era Orde Baru yang tergabung dalam KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), dan sebagainya, serta Gerakan Reformasi 1998 yang lumrah kita sebut Tragedi Semanggi (Berakhirnya rezim Soeharto).
Dari catatan sejarah di atas dapat menunjukkan bahwa tekad dan pergerakan yang dilakukan pemuda Indonesia zaman dahulu dan para mahasiswa dari tahun 1960an dapat memberikan perubahan bangsa. Ditunjukkan dengan adanya perubahan sistem pemerintahan yang berkuasa di masa-masa itu. Secara umum ada dua sudut pandang yang dapat membuat posisi mahasiswa sebagai sosok yang strategis dan istimewa yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara Kualitatif, mahsiswa memiliki idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Idealisme yang dimaksud adalah hal-hal yang secara ideal mesti diperjuangkan oleh para mahasiswa, bukan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, tetapi untuk kepentingan luas demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Secara Kuantitatif, terlihat bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 230 juta orang dan sebagian besar berada dalam usia produktif yang dapat dijadikan sebagai asset bangsa, selain itu dari tahun ketahun prosentase para akademisi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi terus naik (mahasiswa semakin banyak). Dengan adanya fakta tersebut maka mahasiswa sebagai tumpuan dan harapan bangsa mendatang tidak dapat terbantahkan lagi, karena secara tidak langsung benih-benih mahsiswalah yang nantinya akan menggantikan para pemimpin bangsa saat ini.
1.2 Tujuan :
1.      Memberikan gambaran kondisi bangsa saat ini dan permasalahan yang sering terjadi di kalangan mahasiswa.
2.      Memberikan informasi dan gagasan bagaimana seharusnya mahasiswa berperan dalam kondisi bangsa saat ini.
3.      Memberikan gambaran tentang pentingnya revitalisasi peran mahasiswa di zaman sekarang.
1.3 Manfaat
Bagi Pembaca :
1.      Menambah pengetahuan tentang peranan mahasiswa di masa sekarang.
2.      Meberi gambaran tentang pentingnya revitalisasi peran mahasiswa.
Bagi penulis :
1.      Sebagai syarat untuk mengikuti LKMM Dasar  FKM 2011
2.      Referensi untuk dijadikan pegangan sebagai mahasiswa.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Bangsa saat ini
            Belakangan ini semakin banyak permasalahan yang terjadi pada tubuh pemerintah dan berimbas pada ketenangan hidup masyarakat. Era demokrasi semakin menuntut kebebasan dari masyarakat untuk bersuara menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Sayangnya, aspirasi masyarakat kadangkala hanya dianggap sebagai angin lalu oleh pemerintah di tengah carut marutnya birokrasi Indonesia. Hanya segelintir golongan yang bisa menembus benteng pemerintah dan mengawali perubahan. Kelompok itu kita sebut golongan intelektual muda atau mahasiswa. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Hal tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur maupun di Barat. Mahasiswa biasanya memerankan diri sebagai golongan yang kritis sekaligus konstruktif terhadap ketimpangan sosial dan kebijakan politik, ekonomi. Mahasiswa sangat tidak toleran dengan penyimpangan apapun bentuknya dan nurani mereka yang masih relatif bersih dengan sangat mudah tersentuh sesuatu yang seharusnya tidak terjadi namun ternyata itu terjadi atau dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu dalam masyarakat dan pemerintah.
2.2 Komponen pembangunan bangsa
Untuk membawa perubahan pada bangsa diperlukan suatu keinginan bersama dan usaha dari elemen-elemen yang ada di dalamnya. Di Indonesia elemen tersebut sering disebut dengan ABG (Academisi, Business dan Government), keselarasan dari ketiga elemen tersebut sangat diperlukan untuk kondisi bangsa kita pada saat ini. Salah satu faktor yang menjadikan bangsa kita sulit berkembang di masa sekarang ini adalah sering adanya gap antara ketiga elemen tersebut yang menjadikan kebijakan yang ada tidak dapat berjalan seperti yang diinginkan karena sering terjadi pelanggaran tatanan dan kurangnya konsistensi dalam realisasi di lapangan. Sebagai golongan akademisi mahasiswa merupakan salah satu agen yang dapat membawa perubahan, karena bila kita ingin mengadakan perubahan di tiga elemen di atas mahasiswalah sebagai suatu jalan yang mudah dan dimungkinkan pula di masa datang yang mengisi para Business dan Government adalah mahasiswa (Golongan akademisi). Sehingga perubahan di tingkat akademisilah dapat menjadi sebuah kunci perubahan bangsa dan disini peran vital mahsiswa. Menurut Ridarmin S.Kom, M.Kom dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :
  1. Sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)
  2. Sebagai agen perubahan (agent of change)
  3. Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)
Sedangkan menurut Arbi Sanit, 2008, ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa, yaitu:
  1. Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.
  2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda.
  3. Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari.
  4. Mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.
Mahasiswa bisa disebut intelektual muda identik dengan kreativitas dan solusi. Dalam hal itu, mahasiswa dituntut untuk dapat berperanan lebih nyata terhadap perubahan atau paling tidak menjadi pendokong dari sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Kesadaran yang tumbuh dalam masyarakat untuk melakukan perubahan terhadap sistem yang cenderung berorientasi pada kekuasaan yang secara tidak langsung telah membelenggu proses perubahan ke arah demokrasi, disini mahasiswa sebagai agen perubahan dalam sistem pemerintahan. Posisi mahasiswa sebagai agen perubahan sudah pasti bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mahasiswa tidak lagi tetap menjadi mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku intim dalam kehidupan suatu negara atau masyarakat. Akan tetapi,  seringkali gerakan mahasiswa yang baru saja dibahas sepertinya tidak mempunyai visi yang jelas serta kehilangan konsep. Itu semua disebabkan karena kesadaran mahasiswa akan suatu gerakan belum sepenuhnya terbuka dan bahkan cenderung bersifat euforia. Hanya beberapa mahasiswa saja yang benar-benar konsisten serta matang dalam menggagas gerakan pembaharuan.Bahkan terkadang mereka melakukan demonstrasi yang anarkis yang malah dapat merusak citra mahasiswa sendiri di mata masyarakat dan pemerintah. Sebagai generasi penerus bangsa segala tindakan dan gerakan yang dilakukan mahasiswa hendaknya dapat mencerminkan idealis seorang mahasiswa sebagai pelopor perubahan bangsa bukan hanya menjadi masa yang rajin berdemo dan berbuat anarkis pada ujung aksinya.
Menanggapi anggapan masyarakat terhadap mahsiswa seperti sekarang ini, tentunya perlu diadakan pembenahan terhadap perilaku mahasiswa sekarang. Dalam hal ini perlu diadakan beberapa pendekatan, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan yaitu :
1.      Mengubah individu sehingga kemudian akan mempengaruhi tatanan sosial, kelompok atau organisasi. Yang kedua2.
2.      Dengan mengubah kelompok, sehingga perubahan suasana dalam kelompok akan mempengaruhi individu (sebagai contoh orang yang sehari-harinya biasa saja, di dalam acara daurah pun akan terimbas untuk ikut melakukan amal-amal kebaikan, seperti mengaji).
3.      Menekankan pada perubahan struktur sosial yang kemudian akan menyebar ke seluruh bagian masyarakat. Kita bisa dan perlu melakukan ketiganya secara simultan, hanya saja perlu ditekankan bahwa perubahan yang langgeng adalah yang berasal dari pemahaman individu.
2.3 Gerakan Mahasiswa
Pandangan masyarakat terhadap mahasiswa sebagai kelompok intelektual dan sebagai agen gerakan pembaharuan,hendaklah menyadarkan kita (mahasiswa) sebagai kelompok intelektual muda.Dalam hal itu, mahasiswa dituntut untuk dapat berperanan lebih nyata terhadapperubahan atau paling tidak menjadi pendokong dari sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Kesadaran yang tumbuh dalam masyarakat untuk melakukan perubahan terhadap sistem yang cenderung berorientasi pada kekuasaan yang membelenggu demokrasi, menuntut peranan yang lebih dari mahasiswa sebagai agen perubahan serta sebagai mekanisme pengawal/kawalan. Kedudukan mahasiswa sebagai mekanisma pengawal, bermaksud sebagai pengimbang kepada kekuasaan yang ada pada pemerintah. Tugas tersebut, idealnya memang oleh partai politik, namun sayang hal itu tidak berlaku, bahkan dimandulkan oleh kekuasaan yang tidak mengenal apa yang dikatakan "kritikan". Dalam konteks itulah, letak peranan mahasiswa sebagai agent of social control serta sebagai agent of change. Namun kalau dinilai, gerakan mahasiswa yang baru saja dibahas, sepertinya tidak mempunyai visi yang jelas serta kehilangan konsep. Itu semua, disebabkan karena kesadaran mahasiswa akan suatu gerakan belum sepenuhnya terbuka, dan bahkan cenderung bersifat euforia. Hanya beberapa mahasiswa saja, yang benar-benar konsisten serta matang dalam menggagas gerakan pembaharuan.
Kalau kita bandingkan mahasiswa sekarang dengan mahasiswa dahulu, sangatlah jauh berbeda. Dulu, mahasiswa dengan idealismenya dapat menjadi payung kepada masyarakat marhaen yang memerlukan pembelaan. Semangat juang yang digerakkan oleh pemimpin-pemimpin mahasiswa waktu itu, dengan setiap saat melakukan penyadaran terhadap rakyat, berhasil menghasilkan beberapa orang pemimpin di masa sekarang. Namun kondisi tersebut berbeda dengan kondisi mahasiswa sekarang, yang mengalami degradasi, baik dari segi intelektualisme, idealisme, patriotisme, maupun semangat jati diri mereka. Mahasiswa sekarang, cenderung untuk berpikir pragmatis dalam menghadapi persoalan. Ada dua persoalan yang mendasari analisis mengenai sebab-sebab hal tersebut, sehingga mahasiswa lebih bersikap hedonis.
1.      Pengaruh budaya Barat yang tidak tersekat telah meracuni pemuda dan mahasiswa. Mereka dengan mudah meniru budaya asing tanpa menyadari risikonya di masa dating. Seperti halnya kebiasaan berpesta pora, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
2.      Pengaruh dari sistem pendidikan yang membentuk mentaliti mahasiswa. Ternyata, pola atau sistem yang digunakan oleh Orde Baru untuk melenyapkan idealisme serta daya kritis sangatlah ampuh dan efektif, yaitu dengan menerapkan sistem kapitalis dalam bidang ekonomi yang cenderung konsumtif. Di samping itu, sistem yang diterapkan dalam pendidikan, yang berteraskan lulus pemeriksaan membentuk pola pikir serta mentaliti mahasiswa, yang hanya menjadikan mahasiswa layaknya sebuah kuli.
Mulai dari sekolah rendah, kita di ajar dengan ilmu yang bersifat dogma, serta sejarah yang dimanipulasi sedemikian rupa. Itu pun kita terima sebagai dogma. Dalam sistem pendidikan menengah pun, pada saat ini sama saja seperti itu. Sebab, kita diajari untuk mempelajari ilmunya dengan orientasi kerja. Jadi, kemerdekaan berfikir serta mempelajari ilmu serasa dibelenggu sistem yang membawanya pada orientasi tersebut.
Sistem pendidikan yang terlihat kaku dan diperburukkan dengan biaya pendidikan yang tinggi membebani mahasiswa, mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap daya kritis mahasiswa serta idelismenya. Sebab, mahasiswa dituntut secara penuh berfikir mengenai hal-hal akademis sehingga  pemikiran tentang kondisi bangsa dan rakyat menjadi terlupakan. Kondisi seperti itu, menjadikan Universitas benar-benar menjadi suatu angan-angan belaka bagi orang kecil untuk mencicipi bangku kuliah. Mahasiswa menjadi kelas yang elite dan sama sekali tidak tersentuh dengan persoalan kerakyatan. Dari sistem seperti itu, terbentuklah mentaliti mahasiswa yang saat ini kita rasakan hedonis dan pragmatis, sebab kita dari awal dicetak untuk hidup yang serba praktis dan tidak mencoba berdialog dalam setiap pemikiran. Kita terjebak dengan hanya berdebat di bilik kulia. Jarang sekali mahasiswa coba berfikir tentang persoalan kerakyatan, keagamaan, atau pun bagaimana konsep memajukan bangsa di era globalisasi ini. Mereka lebih suka diajak bersenang-senang untuk kepentingan pribadi yang bersifat sesaat, seperti kegiatan rekreatif (jika dibanding dengan kegiatan ilmiah).
Dengan adanya fakta tersebut, maka kita mempunyai kewajiban untuk mengubah mentalitas yang hedonis dan pragmatis tersebut kembali kepada jati diri mahasiswa, yang mempunyai idealisme tinggi. Salah satu jalan alternatif untuk itu adalah dengan menghadapkan langsung mahasiswa pada persoalan-persoalan kerakyatan. Di samping itu, supaya berjalan seimbang, fungsi perguruan tinggi sebagai fungsi pengabdian masyarakat (sesuai tri dharma perguruan tinggi) harus dilaksanakan tidak hanya terbatas pada simbol, tetapi benar-benar real di dalam aplikasinya. Hal itu, dimaksudkan untuk menolak pandangan bahwa kampus hanya untuk orang elite. Dengan begitu, idealisme serta daya kritis mahasiswa yang terasa hilang akan dapat dibangunkan kembali.








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam usaha untuk membangun suatu bangsa diperlukan beberapa elemen pendukung yaitu Academisi, Business dan Government. Mahasiswa sebagaibagian dari akademisi memiliki peranan vital disini. Menurut Ridarmin S.Kom, M.Kom dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu : sebagai penyampai kebenaran (agent of social control), sebagai agen perubahan (agent of change) dan sebagai generasi penerus masa depan (iron stock). Sehingga secara tidak langsung perkembangan bangsa di masa datang merupakan tanggung jawab generasi penerus, dan mahasiswalah yang merupakan harapan utama bangsa kerena dipandang sebagai para intelektual muda.
3.2    Saran

Bagi para mahasiswa sekarang diharap tahu dan mengerti tugas dan peranannya khususnya dalam masyarakat sehingga perilaku-perilaku yang menyimpang yang sering diperankan oleh mahasiswa dapat diminimalisir dan image mahasiswa dapat kembali seperti dahulu, bahwa mahasiswa adalah kelompok idealis yang senantiasa memperjuangkan nasib bangsa.






DAFTAR PUSTAKA

Al Muzammi, Abdullah. 2008. Peran dan Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Lingkungan Sosial. Sumber: Internet.

Hendra, Redy. 2006. PERAN MAHASISWA PERTANIAN DALAM PROSES REVITALISASI PERTANIAN INDONESIA . Sumber : http://redysfer.blogspot.com/2006/10/peran-mahasiswa-pertanian-dalam-proses.html  posted  8 Oktober 2006 1:37 PM

Me at Brawijaya. 2010. PERAN MAHASISWA SEBAGAI PIONIR PERUBAHAN SOSIAL.Sumber : http://blog.ub.ac.id/santisetiawati/2010/03/04/peran-mahasiswa-sebagai-pionir-perubahan-sosial/ posted 4 Maret 2010

Mujiburrohman. Revitalisasi Peran Pemuda Dalam Akselerasi Pembangunan Daerah. Sumber : http://smanj.sch.id/index.php/majalah-misi/50-misi-13/145-kolom-revitalisasi-peran-pemuda-dalam-akselerasi-pembangunan-daerah Posted 15 Maret 2010 20:42.
Ridarmin. 2008. Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan. Sumber: Internet.
Zulkiply, Harun. 2009. Mengembalikan Jati Diri Mahasiswa. Sumber: Internet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar